Data Komposisi Pangan Turut Pengaruhi Kualitas Pangan dan Ketahanan Pangan
Penelitian dan pemutakhiran data tentang komposisi pangan diperlukan dalam upaya menjamin ketahanan pangan berkelanjutan serta menghadapi ancaman krisis dan mengatasi kemiskinan. Data komposisi pangan yang akurat juga akan menjaga dan meningkatkan kualitas hidup, selain bermanfaat dalam pengembangan sumber pangan.
Indonesia sudah memiliki Data Komposisi Pangan Indonesia (DKPI) yang terus dikembangkan. Sekretaris Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kementerian Pertanian Haris Syahbuddin mengatakan, lebih dari 1.100 bahan pangan sudah didaftar dalam tabel komposisi pangan Indonesia dan data itu terus diperbarui.
Hal itu disampaikan Haris dalam pembukaan lokakarya Inisiatif Kerja Sama Pangan dan Pertanian Asia (Asian Food and Agriculture Cooperation Initiative/AFACI) untuk pembentukan pangkalan data komposisi pangan Asia (The Establishment of Asian Food Composition Database/AFCD) di Kuta, Badung, Bali, Selasa (22/8/2023).
AFACI adalah inisiatif kerja sama yang diluncurkan Rural Development Administration (RDA) Korea Selatan sejak 2009. Indonesia sudah bergabung dalam AFACI. Selama 14 tahun sejak program inisiatif kerja sama AFACI itu diluncurkan, semua negara anggota AFACI terus mengembangkan dan memperbarui data tabel komposisi pangan negaranya, termasuk Indonesia.
Dalam konferensi pers seusai acara pembukaan lokakarya, Haris mengatakan, Presiden Joko Widodo sudah mengarahkan dan mengupayakan agar Indonesia mampu mengentaskan rakyat dari kemiskinan dan menurunkan angka kemiskinan ekstrem. Pemerintah juga sedang mendorong peningkatan produktivitas pangan di Tanah Air sebagai strategi ketahanan pangan.
Terkait hal itu, Haris mengungkapkan, proyek pembentukan pangkalan data komposisi pangan Asia (AFCD), yang diprogramkan AFACI, bermanfaat dalam peningkatan nilai dan promosi produk pertanian melalui pemberian informasi gizi untuk tanaman yang akan dibudidayakan.
Pangkalan data komposisi pangan bermanfaat dalam berbagai aspek, mulai dari kesehatan, ilmu pangan, keanekaragaman hayati, pemuliaan tanaman, hingga industri dan regulasi pangan. ”Ini pekerjaan tidak mudah karena dimulai dari hulu sampai ke hilir harus diperhitungkan,” kata Haris di Kuta, Selasa.
Haris menyatakan proyek pembentukan pangkalan data komposisi pangan Asia (AFCD) sejalan dengan program Kementerian Pertanian. BSIP sangat mendukung upaya membangun dan memperkuat jejaring dalam hal kerja sama ataupun pertukaran informasi pertanian.
Hasil kerja sama melalui inisiasi pembentukan pangkalan data komposisi pangan Asia (AFCD) itu diharapkan dapat dibagikan dan diimplementasikan, baik di negara masing-masing maupun di regional Asia. Kementerian Pertanian juga mengembangkan komoditas pangan lokal, yang potensial, disertai pemutakhiran informasi gizi sebagai data pendukung pangkalan data tabel komposisi pangan Indonesia.
Dalam acara itu, Chief Officer Department of Agro-Food Resource Rural Development Administration (RDA) Korea Selatan Yoon Dong Jin memberikan penghargaan penanggung jawab terbaik proyek AFCD di kawasan Asia kepada peneliti dari negara anggota AFACI. Dua penghargaan itu diberikan kepada tim BSIP Indonesia dan peneliti dari Thailand. Yoon Dong Jin juga menyampaikan apresiasinya kepada Pemerintah Indonesia atas penyelenggaraan lokakarya AFCD itu.
Sebelumnya, Yoon Dong Jin mengatakan, AFACI terus mengidentifikasi isu-isu berkaitan pangan dan pertanian serta berusaha mencarikan pemecahannya melalui proyek riset bersama negara-negara anggota, termasuk melalui proyek AFCD. Melalui proyek AFCD, AFACI juga berupaya menjalankan transfer teknologi unggul bidang pangan dan gizi dalam rangka penguatan kerja sama internasional.
Yoon Dong Jin menyatakan, proyek AFCD dari AFACI juga dapat dimanfaatkan dalam mengelola pasokan dan pemenuhan kebutuhan produk pangan dan pertanian, memformulasikan strategi perbaikan nutrisi dan gizi pangan, dan mendorong pengembangan industri pangan. Ia menambahkan, Korea Selatan melalui RDA akan memperkuat proyek kerja sama internasional untuk meningkatkan pemanfaatan pangkalan data komposisi pangan itu dalam upaya memperbaiki pola makan dan melestarikan budaya makanan di Asia.
Perwakilan penerima penghargaan, Winda Haliza, mengatakan, BSIP terus terdorong untuk mencari dan memperbarui data komposisi pangan karena Indonesia memiliki keberagaman sumber pangan potensial. Data komposisi pangan ini penting dan dibutuhkan karena berkaitan dengan kesehatan, selain menyangkut pengembangan pangan.
”Penghargaan ini menjadi pemacu bagi kami sebagai peneliti BSIP sebagai badan baru untuk terus mencari komposisi pangan, yang sangat beragam di Indonesia,” kata Winda, pengawas mutu hasil pertanian ahli madya di BSIP Kementerian Pertanian.