Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang pada dekade terakhir ini perkembangan ekspornya cukup pesat. Walaupun volume ekspor jahe cukup tinggi, tetapi sebagian besar ekspor jahe masih dalam bentuk bahan mentah (rimpang jahe segar) dan setengah jadi (jahe asinan dan jahe kering), sedangkan dalam bentuk yang diolah (produk jadi) sangat sedikit.
Berdasarkan Angka Tetap (ATAP) 2011 dari Direktorat Jenderal Hortikultura, perkembangan luas panen jahe dan produksi di Indonesia selama periode 2000-2011 cenderung fluktuatif dengan rata - rata pertumbuhan masing - masing sebesar1,38%/tahun dan 0,31%/tahun. Sedangkan produksi jahe di Luar Jawa tahun 2011 sebesar 36,661 ton dengan rata-rata pertumbuhan 28,92% per tahun (24.248 ton). Pada tahun 2013, produksi jahe di Indonesia mencapai 116.465.044 kg dengan nilai impor 22.997,05 ton dengan nilai uang US$ 16,362,530.
Mengingat luas dan potensial pemakaian jahe baik di dalam maupun di luar negeri, pengembangan ekspor dalam bentuk produk jadi lebih menguntungkan karena akan meningkatkan nilai tambah sumber devisa karena nilai produknya lebih tinggi, serta memperluas lapangan kerja. Ekspor jahe dalam bentuk yang sudah diolah akan memacu pengembangan agroindustri jahe. Selain itu, pasar dalam negeri juga cukup potensial karena rasa khas jahe sangat disukai oleh masyarakat. Hal ini dapat ditunjukkan oleh banyaknya aneka produk pangan yang menggunakan flavor jahe.
Pohon Industri Rimpang Jahe
Awetan Jahe Acar Permen Jahe Asinan Sirup Wine Jahe
Jahe Kering Jahe Serbuk Minyak Jahe Awetan Jahe Oleoresin Jahe Jamu Jahe Instan