
Sosialisasi Optimasi Lahan dan Pembentukan Brigade Pangan Digelar di Desa Damarwulan
Bertempat di Desa Damarwulan, telah dilaksanakan kegiatan Sosialisasi Optimasi Lahan (Oplah) Tahun 2025 dan Pembentukan Brigade Pangan (BP) pada Minggu (25/5). Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala BRMP Pascapanen, unsur pemerintah desa, penyuluh pertanian, pihak SMK Pertanian dan Unsur pemerintahan Kecamatan Air Salek.
Kepala Desa Damarwulan menyampaikan dukungan penuh terhadap program Oplah 2025. Menurutnya, beberapa kelompok tani di desanya telah menerapkan sistem tanam IP 200. Bahkan pada tahun 2019, sebagian lahan sudah terdampak program Serasi. Ia berharap pelaksanaan Oplah dapat berjalan optimal dan memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan indeks pertanaman (IP).
Kepala SMKPP menjelaskan bahwa sosialisasi ini bertujuan memberikan pemahaman kepada petani tentang pentingnya Oplah dalam rangka mendukung swasembada pangan nasional. “Presiden dan Menteri Pertanian sangat menekankan pentingnya swasembada pangan guna menghindari darurat pangan. Program ini telah dimulai sejak 2023 melalui kegiatan PAT dan pompanisasi,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa kegiatan swasembada mencakup dua pendekatan, yaitu intensifikasi seperti Oplah dan pompanisasi, serta ekstensifikasi berupa cetak sawah rakyat.
Desa Damarwulan sendiri menjadi salah satu lokasi prioritas dengan luas lahan Oplah mencapai 446 hektar. Untuk mendukung keberhasilan program ini, akan dibentuk minimal dua Brigade Pangan yang masing-masing mengelola sekitar 150–200 hektar. Pemerintah akan menginvestasikan berbagai alat dan mesin pertanian (alsintan) seperti TR4, TR2, combine harvester, rotavator, pompa, hingga drone.
Kepala BRMP Pascapanen, Zainal Abidin menegaskan bahwa optimasi lahan merupakan upaya untuk meningkatkan frekuensi tanam dari satu kali menjadi dua hingga tiga kali setahun. “Kebijakan pangan ini didukung dengan harga Gabah Kering Panen (GKP) yang ditetapkan Rp6.500/kg. Tantangan utama peningkatan IP antara lain minimnya alsintan, kondisi saluran air, dan keengganan petani. Namun program Oplah diharapkan bisa mencapai IP minimal 250,” jelasnya.